Selasa, 11 April 2023

Garis hidup

Shamyra's POV:

"Ah itu terlalu sedikit.." ujarku melihat berapa banyak yang gadis ini sendokkan ke piringnya. Alchentys terlalu perhitungan, bahkan makan banyak pun tidak akan mengubah penampilannya. Ia bukan orang yang mudah gemuk! Tapi ia tidak menggubrisku, ia lanjutkan dengan mengambil dua potong lauk lalu matanya mengitari ruangan mencari tempat duduk kosong. "Ini pesta kelulusan Ratervyn, tidak ada salahnya ikut memeriahkannya dengan melupakan dietmu." sambungku. "Kau sendiri, mana makananmu? dasar tukang omel." timpalnya kemudian. "Ya nanti, aku belum lapar.." diam-diam mataku berkeliling mencari sosok yang sudah menjadi tujuanku sejak dari rumah tadi.

Sosok itu tertangkap mataku, sedang bercakap-cakap dengan teman sekelas kami juga. Sudah, sudah puas aku hanya dengan menemukannya seperti itu. "Oke aku akan ambil makananku.." 

Ratervyn menghampiri kami saat baru selesai makan, "sepertinya aku berhasil menciptakan momen indah sebelum aku meninggalkan kota ini. aku pasti akan merindukan mereka semua.." Ratervyn akan melanjutkan kuliah di negeri kanguru Australia, ia memperoleh beasiswa dari pemerintah Australia dan akan mengambil jurusan hubungan internasional. Aku dan Alchentys juga melanjutkan kuliah di dua tempat berbeda, Alchentys di Malaysia jurusan rekayasa pertanian dan aku di Beijing dengan jurusan penerjemahan tingkat tinggi. Kami pun sama-sama memperoleh beasiswa dari pemerintah kedua negara tersebut.

Dvanerio's POV:

Keadaan di negara ini semakin kacau, aku mengkhawatirkan nasib ayah sebagai kepala polisi, dan juga mengkhawatirkan kami.. Lamunanku buyar ketika pintu kamarku diketuk, sudah pukul 11 malam, suara ayah terdengar dari balik daun pintu. Aku membukakan pintu, sinar temaram yang  menerpa wajah ayah menambah kekakuannya. "Ayah akan menyekolahkanmu ke China." ujarnya pendek. Aku tahu maksudnya, tak perlu aku minta penjelasan lebih jauh, tak perlu aku banyak bertanya. Hanya kupandangi raut dan gurat wajahnya lama, mungkin tidak lama lagi wajah ini yang akan amat kurindukan. "Bagaimana ibu?" sedikit penasaranku tercurah juga. "Ibu bersama ayah, di sini. Jika keadaan lebih buruk dari ini, ia akan menyusul keluarganya ke Malaysia."


Shamyra's POV:

2 hari sudah aku di Beijing dan mulai tinggal di asrama kampus. Aku tiba saat musim baru berganti, namun udara dingin masih sangat terasa bahkan di waktu-waktu tertentu hingga menusuk tulang. 
Saat ini masih libur panjang sehingga suasana kampus masih sepi. Minggu-minggu pertama sejak kedatanganku kugunakan untuk menyelesaikan berbagai keperluan dasar. 

Sabtu pagi yang cerah, aku baru saja pulang membeli telur di supermarket karena persediaan telurku sudah habis. Notifikasi pesan singkat muncul dari handphoneku, pengumuman dimulainya ajaran baru.

Pukul 08.00 pagi di hari Senin yang masih dingin, aku mengayuh sepeda bekas yang kubeli di toko sepeda kecil di salah satu sisi kampus dua minggu yang lalu. Aku akan memulai kelas pertamaku hari ini. Aku memarkirkan sepedaku lalu bergegas masuk kelas, setelah menyusuri lorong aku menuju ruang kelas ketiga jika dihitung dari pangkal lorong tadi, namun ketidak hati-hatianku menyebabkan aku tidak melihat bahwa pintu kelas tidak sepenuhnya terbuka, aku membentur pintu yang ada di sebelah kiriku dan spontan terpental ke kanan, sayangnya ruang di kanan tempat aku mendarat tidak kosong melainkan ada seseorang yang berjalan mendekat karena ia sepertinya hendak ke luar kelas. BRUK! tidak terelakkan akupun menabraknya, ia spontan menahan tubuhku dengan tangannya ditempatkan di bahuku, tidak lama. "Kamu tidak apa-apa?" Sungguh hari pertama yang ada-ada saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bunga di Hati

AKU SIBUK, mengagumi mekarnya ragam bunga di luaran, tanpa aku sadari selalu ada bunga-bunga mekar di hatiku tanpa mengenal musim, bunga-bun...